Nasib Generasi Kian Miris dalam Naungan Kapitalis

Nasib Generasi Kian Miris dalam Naungan Kapitalis
Oleh Irma Faryanti
Pegiat Literasi
Entah bagaimana nasib generasi masa depan ketika mendapati kasus yang semakin menggila menimpa kaum remaja. Seperti baru-baru ini di Lamongan, terjadi pembunuhan yang dilakukan seorang anak berusia 16 tahun berinisial AL. Ia diduga membunuh temannya karena tidak terima cintanya oleh VPR, seorang siswa SMK yang juga merupakan temannya sendiri.
Peristiwa itu sempat menggegerkan warga perumahan Made Great Residence, Desa Made, Lamongan. Ketika ditemukan sesosok jasad yang telah membusuk di sebuah warung kopi yang sudah tidak digunakan selama satu bulan lamanya. Zamroni sang penyewa awalnya ingin membersihkan tempat tersebut, tapi ia mencium bau busuk yang sangat menyengat, dan mendapati mayat yang sudah tergeletak di dalam kamar. Ia pun segera melaporkan kejadian itu kepada petugas keamanan yang kemudian mengevakuasi korban dan membawanya ke RSUD dr. Soegiri Lamongan. (Kompas.com, Jumat 17 Januari 2025)
Diduga pembunuhan itu terjadi pada hari Jumat (10/1/2025). Pelaku merasa sakit hati karena cintanya ditolak, sehingga ia merencanakan untuk menghilangkan nyawa temannya itu. Ia sengaja menjemputnya untuk melakukan tindakan keji. Ia Menjerat leher korban dengan kerudung yang dikenakannya, memukul perut dan mata kirinya, juga membenturkan kepalanya ke tembok warung. Kemudian ditinggalkannya jasad tersebut hingga didapati membusuk setelah lima hari kemudian ditemukan.
Setelah melakukan pembunuhan, AL tidak menunjukkan gelagat yang mencurigakan, ia bahkan menjalani kegiatan sekolah seperti biasanya seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal penemuan mayat itu telah mengegerkan wilayah setempat. Kejadian baru terungkap setelah adanya bukti CCTV dan kesaksian 7 orang yang dimintai keterangan. Akibat perbuatannya, pelaku dijerat pasal 80 ayat 3 UU no 35 tahun 2014, tentang perlindungan anak, dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara.
Prihatin, itulah yang kita rasakan saat menyaksikan nasib generasi yang semakin tidak terkendali. Minimnya pendidikan moral yang diberikan di sekolah dan hanya fokus pada transfer ilmu untuk meraih nilai bagus, menjadi salah satu penyebab kerusakan yang terjadi. Pun, jika pelajaran agama diberikan, tidak lebih hanya sebatas hafalan yang bersifat teoritis, dan tidak memberi pengaruh yang membekas pada perilaku siswa.
Aspek kesehatan mental di kalangan remaja juga menjadi aspek penting yang harus diperhatikan oleh negara. Mengingat banyaknya kasus yang terjadi akibat hal ini. Disamping itu, faktor lingkungan sosial yang tidak mendukung pun turut menunjang. Tidak sedikit kasus kekerasan dilakukan oleh generasi muda saat ini, namun menguap begitu saja akibat tidak adanya sanksi yang tegas.
Dan yang tidak kalah membahayakan adalah peran media yang saat ini seolah dijadikan guru generasi. Banyak konten berbau kekerasan yang mereka tonton dan parahnya lagi ditiru dalam kehidupan sehari-hari. Inilah realita hidup dalam naungan kapitalis yang mengusung ide sekularisme. Di mana agama dijauhkan dari kehidupan dan hanya diposisikan sebagai ibadah ritual semata, sementara dalam kesehariannya lebih cenderung pada aturan buatan manusia.
Makna kebahagiaan dalam kapitalis adalah dengan terpenuhinya kebutuhan materi dan jasadi. Manusia pun akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkannya tanpa mempertimbangkan benar-salah, halal ataukah haram. Terkait maraknya kekerasan yang dilakukan kaum remaja, itu terjadi sebagai dampak dari diterapkannya aturan kapitalis. Penyelesaiannya pun haruslah bersifat sistemis, yang akan menyelesaikan masalah tuntas hingga ke akar.
Untuk menyolusikannya, tentu hanya dengan kembali pada Islam. Di mana kekerasan yang terjadi pada generasi muda akan tersolusikan melalui sistem pendidikan yang tidak hanya fokus pada aspek akademis, melainkan juga pada pembentukan akhlak mulia, pengendalian diri dan pemahaman akan hubungan dengan sesama manusia. Nantinya akan terbentuk pola pikir (akliah) dan pola sikap (nafsiah) yang menjadi komponen dari saksiah islamiah (kepribadian Islam). Emosi dan gejolak jiwa muda mereka akan tersalurkan pada hal positif seperti menuntut ilmu, berinovasi, berkreasi dan mengukir prestasi.
Syariat Islam juga mengatur hukum terkait pergaulan laki-laki dan perempuan untuk mencegah perilaku yang melampaui batas. Allah Swt. telah melarang dengan tegas seorang pria dan wanita berdua-duaan tanpa bersamanya mahram. Rasulullah saw. bersabda dalam HR. Bukhari:
“Janganlah sekali-kali seorang pria dan wanita berkhalwat, kecuali jika wanita itu disertai mahramnya.”
Selain itu, Islam juga menjaga agar kehidupan wanita terpisah dari pria, baik di masjid, sekolah, dan lain sebagainya. Sebagaimana terpisahnya saf (barisan) dalam salat. Namun demikian, keduanya masih bisa berinteraksi pada saat-saat yg tertentu seperti pengobatan, jual beli dan lain-lain, sebatas yang diperlukan. Setelah selesai beraktivitas keduanya kembali pada komunitas masing-masing. Dengan begitu hubungan yang terjadi bukan ke arah lawan jenis (seksual) melainkan karena adanya kepentingan tertentu.
Dengan begitu, hubungan-hubungan yang muncul akan tetap dalam batas wajar sesuai tuntunan syariat, sehingga akan terhindar dari konflik emosional dan berbagai hal yang amoral. Negara juga akan memperketat tayangan merusak dengan melarang penyebaran konten-konten yang merusak dan memberlakukan sanksi tegas bagi pelakunya.
Hanya dengan diberlakukannya Islam secara menyeluruh dalam sebuah sistem kepemimpinan, dambaan generasi taat syariat akan terbentuk. Melalui peran mereka lah kegemilangan peradaban akan terukir kembali di masa yang akan datang. Wallahu alam Bissawab
Iklan by MGID
from Suara Inqilabi https://ift.tt/W6bsKhi
February 01, 2025 at 04:02PM
Belum ada Komentar untuk "Nasib Generasi Kian Miris dalam Naungan Kapitalis"
Posting Komentar