Berhenti Bermental Korban (Playing Victim), Menemukan Kekuatan dalam Introspeksi


Berhenti Bermental Korban (Playing Victim), Menemukan Kekuatan dalam Introspeksi

Oleh : Yauma Bunga Yusyananda 

(Member Ksatria Aksara Kota Bandung) 

 

Dalam kehidupan ini, seringkali kita tergoda untuk merasa sebagai korban dari situasi atau orang lain. Memiliki mental korban bisa membuat kita cenderung menyalahkan orang lain atas kesulitan yang kita alami tanpa mempertimbangkan peran dan tanggung jawab pribadi kita. Rasanya nyaman untuk merasa bahwa kegagalan atau kesulitan yang kita hadapi adalah akibat dari faktor eksternal yang di luar kendali kita adalah ciri kita bermental korban atau seringnya disebut playing victim.

Namun, sebagai manusia yang berakal, kita diajak untuk berpikir dan bukan meratapi nasib. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (Terjemah Qur’an Surat Ar-Ra’d: 11). Hal tersebut mengajarkan kita, bahwa perubahan yang diinginkan dalam hidup kita harus dimulai dari diri sendiri.

Fenomena bermental korban atau “playing victim” tidak hanya merugikan secara pribadi tetapi juga menghambat potensi pada diri kita ke arah perubahan yang positif. Sebaliknya, sikap introspeksi yang selalu jujur pada diri sendiri, memungkinkan kita untuk melihat ke dalam diri dengan kritis. Dengan introspeksi yang mendalam, kita dapat mengidentifikasi kelemahan, kesalahan, dan pola pikir yang perlu diperbaiki.

Ketika menghadapi kesalahan atau kegagalan, tidaklah bijaksana untuk mudah merasa down atau menyalahkan orang lain. Rasulullah SAW bersabda, “Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah, meskipun keduanya mengandung kebaikan” (HR. Muslim). Hal ini menunjukkan, pentingnya memiliki keteguhan hati dan semangat untuk menghadapi tantangan dengan optimisme dan keberanian.

Ada kisah seorang sahabat Rasulullah SAW yang menginspirasi dalam konteks ini. Salman al-Farisi, seorang sahabat yang berasal dari Persia, memiliki perjalanan hidup yang penuh tantangan. Dia tidak hanya meninggalkan latar belakangnya yang kaya untuk mencari kebenaran, tetapi juga menghadapi banyak ujian dalam perjalanan hidupnya.

Salman tidak pernah membiarkan dirinya terjebak untuk bermental korban meskipun menghadapi berbagai kesulitan. Ketika dia menyadari bahwa untuk mencapai tujuannya harus melewati rintangan besar, dia tidak putus asa. Salman terus berusaha dengan tekun dan mencari cara untuk belajar dan berkembang. Kesungguhannya dalam mencari kebenaran dan memperbaiki diri terbukti ketika akhirnya dia bertemu dengan Rasulullah SAW di Madinah yang jauh dari negerinya dan memeluk Islam.

Berbeda dengan anak-anak masa kini yang terkadang merasa sebagai korban jika diberi nasihat atau teguran. Maka pemikiran mereka harus memiliki pemahaman bahwa pentingnya nasihat dan teguran adalah dapat membantu kita memperbaiki diri agar menjadi pribadi yang lebih baik. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya; jika tidak mampu, dengan lisannya; jika tidak mampu, dengan hatinya. Dan yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Oleh karena itu, mari tinggalkan sikap bermental korban dan mulailah melihat setiap kesulitan sebagai peluang untuk tumbuh dan berkembang. Gunakan introspeksi sebagai alat untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan begitu, kita dapat mencapai potensi penuh kita dan menjalani kehidupan dengan penuh makna serta mendapatkan keberkahan dari-Nya.

Wallahu a’lam bish-shawwab



from Suara Inqilabi https://ift.tt/N67VCgm
July 10, 2024 at 06:01PM

Belum ada Komentar untuk "Berhenti Bermental Korban (Playing Victim), Menemukan Kekuatan dalam Introspeksi"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel