Sistem Ekonomi Kapitalisme VS Sistem Ekonomi Islam


Sistem Ekonomi Kapitalisme VS Sistem Ekonomi Islam

Oleh Rianny Puspitasari

Pendidik

Kondisi perekonomian negara berbanding lurus dengan kesejahteraan rakyat. Jika ekonomi sulit, masyarakat pun menjerit. Saat ini, negeri kita secara umum sedang dalam kondisi keuangan yang tidak baik-baik saja. Tingkat kemiskinan naik dari tahun ke tahun, utang terus menggunung dan pengangguran semakin bertambah, semua itu masih menjadi problem yang belum terselesaikan. Berbagai upaya dilakukan, salah satunya menggenjot koperasi dan menjadikannya pilar perekonomian bangsa.

Pemerintah Kabupaten Bandung sedang gencar membidani kelahiran koperasi melalui program inkubasi. Melalui agenda ini disertai dengan pendampingan intens yang dilakukan Dinas Koperasi dan UMKM setempat bermunculan lembaga dengan skala besar seperti Simpan Pinjam Citra Mandiri Jabar (Cileunyi), Kopontren Al Ittifaq (Rancabali), Baiturrahim Syariah (Kopo Sayati), Syariah Baitul Mu’min (Cilengkrang) dan KPBS Pangalengan. Menurut Bupati Dadang Supriatna, lembaga ini telah nyata membantu pemerintah daerah dalam menekan angka inflasi dan meningkatkan daya beli. Adapun tujuan program ini adalah memberikan bimbingan bisnis, meningkatkan kapasitas manajerial, penguatan modal, dan akses pasar. (dejurnal.com, 3/5/24)

Di Tengah besarnya harapan, benarkah keberadaan lembaga tersebut akan mampu memperbaiki perekonomian negeri? Koperasi adalah sebuah organisasi yang dimiliki dan dioperasikan oleh orang-orang demi kepentingan bersama, melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip gerakan ekonomi rakyat yang asasnya kekeluargaan. Jika sebuah negara bertumpu pada lembaga ini untuk memperbaiki perekonomian rakyat, tentu tidak akan bisa karena skala cakupannya berbeda. Kemampuan koperasi dalam menekan inflasi patut diapresiasi, namun sayangnya tidak sampai mampu menghilangkan inflasi. Dasar perekonomian yang diterapkan oleh mayoritas negara saat ini adalah sistem ekonomi kapitalisme. Dalam asasnya, menjadikan riba (bunga) sebagai pilar yang tidak dapat dipisahkan. Padahal, justru inilah letak awal mula masalah, terlebih lagi Allah Swt. berfirman:

“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (TQS. Al Baqarah:275)

Sebenarnya ada solusi alternatif dalam penyelesaian perekonomian dunia saat ini yakni sistem ekonomi Islam. Sebagai sebuah ideologi yang memiliki peraturan hidup dalam seluruh aspek kehidupan, konsep yang dimiliki begitu komprehensif dan menyejahterakan. Ada poin-poin perbedaan mendasar antara kedua ideologi tersebut, di antaranya: Pertama, menurut sistem kapitalisme permasalahan terjadi karena kelangkaan atau keterbatasan alat pemuas kebutuhan manusia, sehingga fokusnya bertumpu pada produksi dan pertumbuhan ekonomi semata. Sedangkan dalam Islam, masalah terletak pada distribusi sumber daya kekayaan dan pemuas kebutuhan manusia.

Kedua, berkaitan dengan mekanisme distribusi. Ekonomi kapitalisme hanya mengenal dua konsep kepemilikan, yaitu individu atau swasta dan negara. Selain itu, hal ini ditentukan oleh kebebasan kepemilikan, kemampuan bekerja, dan perolehan harta yang dilakukan oleh tiap individu atau swasta. Akhirnya, hukum rimba pun berlaku, siapa yang kuat dia bertahan dan berkuasa, siapa yang lemah dia akan tersingkir. Dari sinilah kesenjangan ekonomi ekstrem terjadi. Berbeda dengan Islam, mekanisme penyaluran telah diatur oleh syariat, meliputi individu, umum dan negara.

Ketiga, pengembangan harta dan investasi dalam sistem ekonomi kapitalisme bertumpu pada riba, spekulasi, gharar (penipuan) dan maysir (spekulasi). Akibatnya, barang haram boleh ditransaksikan, permodalan bertumpu pada perbankan ribawi, pasar modal dan valas. Alhasil terjadi hambatan dalam sirkulasi harta, resesi dan krisis ekonomi. Sebaliknya, dalam Islam justru praktik tersebut, transaksi barang haram, menimbun harta dilarang. Sistem ini sangat fokus pada pengembangan sektor riil.

Keempat, sistem mata uang kapitalisme mengandalkan uang kertas dengan nilai ekstrinsik dan intrinsik yang berbeda. Hal inilah yang menjadi muara ketidakstabilan nilai tukar yang berdampak pada rapuhnya ekonomi. Sedangkan Islam standar mata uangnya berbasis emas dan perak atau dinar-dirham yang memiliki nilai intrinsik dan ekstrinsik yang sama dan relatif stabil.

Kelima, ukuran keberhasilan ekonomi kapitalisme dicapai dengan pertumbuhan secara menyeluruh. Tidak memperhatikan apakah individu per individu masyarakat sudah terpenuhi kebutuhannya atau tidak. Akibatnya, gagal mengatasi kemiskinan dan menciptakan kesenjangan ekstrem. Berbeda dengan sistem Islam yang memandang keberhasilan jika setiap individu masyarakat sejahtera. Hal ini terlihat dari terpenuhinya kebutuhan primer seperti pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan.

Dari perbedaan-perbedaan di atas, begitu nampak bahwa sistem ekonomi kapitalisme rusak dan merusak. Sedangkan sistem ekonomi Islam bukan hanya sekedar konsep tetapi telah terbukti diterapkan selama 1300 tahun dan membawa kesejahteraan. Oleh karena itu, apa yang masih membuat kita tidak beralih pada sistem ekonomi yang berasal dari Sang Pencipta?

 

Wallahu a’lam bisshowwab.



from Suara Inqilabi https://ift.tt/95voHVl
May 26, 2024 at 09:01PM

Belum ada Komentar untuk "Sistem Ekonomi Kapitalisme VS Sistem Ekonomi Islam"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel