Rumah Makin Mahal, Kebutuhan Papan Makin Tak Terjangkau


Rumah Makin Mahal, Kebutuhan Papan Makin Tak Terjangkau

 

Ermawati

Kontributor Suara Inqilabi

 

Harga rumah di Indonesia terus mengalami peningkatan. Hal itu sebagaimana tercermin dari laporan indeks harga properti residensial (IHPR) yang mencatat pada kuartal IV/2023 harga properti melonjak 1,74% dibandingkan dengan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Kendati demikian, BI melaporkan bahwa lonjakan harga rumah tersebut membaik bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang tercatat sempat meningkat sebesar 1,96% pada kuartal III/2023. (ekonomi.bisnis.com, 20-2-2024).

 

Pada awal program rumah murah dirilis, kalangan MBR bisa memiliki rumah tapak dengan uang muka (down payment/DP) sekitar Rp 1,12 juta dan cicilan sekitar Rp 750-900 ribu per bulan. Untuk akses KPR, masyarakat cukup mengeluarkan DP sebesar 1% dan bunga cicilan 5% fixed hingga 20 tahun. (finance.detik.com, 2-5-2024).

 

Bank Indonesia (BI) mencatat harga properti residensial di pasar primer melanjutnya peningkatan pada kuartal I 2024.

Hal ini tercermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) yang mencapai 1,89 persen (yoy) pada kuartal I 2024. Angka ini, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal IV 2023 yang sebesar 1,74 persen. (cnnindonedia.com, 16-5-2024).

 

Jumlah masyarakat semakin meningkat, begipun angka kebutuhan akan rumah semakin tinggi, namun harga rumah dari tahun ke tahun makin mahal, makin jauh dari jangkauan kebanyakan masyarakat miskin. Di sisi lain adanya program rumah murah, namun ternyata tidak berhasil memenuhi kebutuhan rumah, sebab tetap harga yang diberikan di kalangan rakyat miskin tidak mampu memenuhi itu, sulitnya mencari pekerjaan dan bagi yang punya pekerjaanpun gaji tidak cukup untuk membeli sebuah rumah. Sayangnya, rumah murah banyak salah sasaran, target pembeli Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), namun fakta yang membeli bukan MBR yang sudah punya rumah, sehingga rumah tersebut tidak di tempati hanya dijadikan investasi.

 

Mahalnya harga rumah disebabkan oleh banyak faktor. Mulai mahalnya harga tanah, mahalnya bahan bangunan, semua ini akibat penerapan sistem ekonomi kapitalis, di mana SDA dikelola oleh Perusahaan dan bukan negara. Andai negara bisa mengelola SDA sendiri maka kebutuhan masyarakat akan mudah terpenuhi mulai dari sandang, pangan dan papan. Rakyat saat ini kesulitan membeli rumah sebab Untuk membeli bahan makanan pokok yang hargany sudah melangit saja tidak mampu, pengelolaan yang salah sebab memakai sistem ekonomi kapitalisme yang akan selalu menyengsarakan rakyat.

 

Sedang dalam Islam, negara akan menjamin pengadaan rumah untuk rakyat, karena rumah adalah satu kebutuhan pokok yang harus di penuhi, dengan adanya rumah maka keluarga bisa terlindungi dari bahaya saat di luar rumah, Islam punya berbagai mekanisme yang ditetapkan syara, dengan demikian setiap keluarga akan memiliki tempat tinggal yang nyaman dan sehat. Penguasa dalam Islam akan sepenuhnya bertanggung jawab dalam meriayah rakyat.

 

Mirisnya, penguasa didalam sistem kapitalisme tidak mau mengusahakan nasib rakyat dalam memiliki rumah yang layak, penguasa berlepas tangan dari tanggung jawabnya dalam menjamin distribusi kebutuhan primer untuk rakyatnya dari sisi kepemilikan rumah layak. Sebab Ini menyalahi sabda Rasulullah saw., “Imam/Khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat diurusnya.” (HR Muslim dan Ahmad).

 

Islam juga mampu mengelola SDA untuk kemaslahatan umat, memiliki sumber dana yang besar yang mampu memenuhi semua kebutuhan rakyat dengan murah bahkan gratis termasuk rumah.

Negera Islam akan sepenuhnya meriayah selalu rakyat nya, mengurus secara langsung siapa saja yang membutuhkan rumah dan akan memberikan akses yang mudah dalam mendapatkan rumah dengan murah bahkan gratis, tidak akan ada rumah kosong yang terbengkalai. Semua ini hanya bisa teraplikasikan dengan penerapan Islam dalam sebuah negara.

Wallahu a’lam bish showab.



from Suara Inqilabi https://ift.tt/bgd1ZDq
May 25, 2024 at 10:29PM

Belum ada Komentar untuk "Rumah Makin Mahal, Kebutuhan Papan Makin Tak Terjangkau"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel