Ramadhan Bulan Pengampunan, Mengapa Marak Pencurian?


Ramadhan Bulan Pengampunan, Mengapa Marak Pencurian?

Aulia Rahmah
Kelompok Penulis Peduli Umat

Kesucian bulan Ramadan ternodai dengan maraknya kejahatan di masyarakat. Radarbogor.id,14/3 mewartakan, selama 3 pekan terakhir Polresta Bogor kota telah mengungkap 3 kasus pencurian kendaraan bermotor di wilayahnya. Polisi berhasil menangkap pelaku dan mengetahui motif tindakan pelaku adalah menjual hasil kejahatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kasat Reskrim Polresta Bogor Kota, Kompol Luthfi Olot Gigantara mengatakan, Jajaran Polresta Bogor Kota sebenarnya sudah mengantisipasi terkait dengan kerawanan kejahatan selama Ramadan. Salah satunya, dengan menyiapkan enam pos penjagaan untuk mengantisipasi adanya kerawanan mulai dari pukul 21.00 sampai 06.00 WIB.

Patut disayangkan, bulan Ramadan yang seharusnya digunakan untuk meraih pahala dan ampunan Allah sebanyak-banyaknya, justru ada pihak-pihak yang menodainya dengan berbuat nista dan melancarkan aksi jahatnya dengan berpikir instan untuk menutup kebutuhan hariannya dengan mencuri. Padahal mencuri adalah perbuatan yang dilarang Allah SWT. Pelakunya akan mendapat dosa dan tentu mendapat sanksi dari negara.

Seolah tak ada habisnya, kasus pencurian semakin marak. Begitu pula selama Ramadan. Peningkatan kebutuhan saat Ramadan dan Lebaran membuat seseorang yang lemah iman, yang tidak mempunyai tambahan penghasilan, mudah berbuat jahat dengan mencari kesempatan untuk mencuri. Hal ini merupakan akibat dari kemiskinan, beban biaya hidup yang tinggi, sedangkan akses lapangan pekerjaan sulit. Lemah iman dan kemiskinan ibarat dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan. Karena lemahnya iman, kemiskinan menjadi alasan bagi seseorang untuk kufur. Rasulullah bersabda; Dari Annas ibn Maalik radhiyallahu anhu, berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Hampir-hampir kefakiran (kemiskinan) menjadi (sebab) kekafiran”

Karena kemiskinan dan lemah iman, seseorang mudah mengkufuri nikmat Allah yang banyak jumlahnya, bahkan karena kemiskinan dan lemahnya iman seseorang bisa terjerumus pada kekafiran. Seseorang jauh dari tuntunan agama yang seharusnya menjadi pemandu dalam menjalani kehidupannya. Akibat jauh dari agama, kenikmatan dari Allah tak lagi nampak, yang terlihat hanyalah kekurangan pada dirinya. Bagi masyarakat kapitalis penguasaan harta adalah suatu keharusan, apalagi saat lebaran. Entah caranya dengan apa mencuri pun jadi alternatif.

Oleh sebab itu, sebagai penanggung jawab urusan rakyat, negara tak cukup hanya melakukan razia dan meningkatkan pemantauan saat Ramadan saja. Negara, dengan kewenangan dan kekuasaannya harus pula mencari jalan keluar agar masyarakat mudah memenuhi kebutuhannya sehari-hari, juga berupaya untuk menjaga iman tiap individu masyarakat sehingga mereka tidak mudah memperturutkan hawa nafsunya yang suka mengambil milik orang lain.

Dengan menerapkan pola pendidikan Islam yang bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan, juga penerapan Sistem Ekonomi dan Politik Islam yang akan menjamin terwujudnya swasembada pangan, juga kemudahan mengakses lapangan pekerjaan, dan pengelolaan Sumber Daya Alam secara mandiri, memungkinkan bagi negara untuk menunaikan tanggungjawabnya mengurus urusan rakyat.

Sangat berbeda jauh dengan penerapan Sistem Sekuler Kapitalisme saat ini. Sistem yang diambil dari negeri barat yang jauh dari petunjuk Islam, membuat negara kehilangan kewenangan dan kekuasaannya. Semua urusan diambil alih oleh swasta. Kekayaan alam dikelola dan diperjualbelikan oleh swasta. Rakyat miskin negara lemah. Kehidupan jauh dari Rahmat dan Ampunan Allah. Sangat jauhnya dengan petunjuk Islam sehingga mulianya Ramadan justru dipergunakan untuk berbuat jahat.

Dengan menghadirkan Ramadan setiap tahun, Allah berkehendak agar orang-orang yang beriman meningkatkan keimanannya, sehingga akhir Ramadan ketakwaan dapat diraih. Dengan ketakwaan inilah seseorang dapat menjaga dirinya dari berbuat jahat. Dengan ketakwaan seseorang dapat sabar dan menerima dengan lapang dada, rezeki yang diberikan Allah kepadanya.

Dengan ketakwaan, seluruh penanggung jawab urusan rakyat, tumbuh kesadarannya untuk mencontoh sistem pemerintahan yang dijalankan oleh Rasulullah Muhammad Saw dan para sahabat. Dengan ketakwaan inilah, keimanan terhadap hari perhitungan semakin kuat sehingga seseorang selalu berhati-hati dalam perbuatannya agar tidak menyalahi aturan Allah dan melalaikan kewajibannya.

Negara sepenuhnya bertanggungjawab untuk memberi pelayanan dengan mudah, murah dan berkualitas, juga menerapkan sanksi yang tegas sesuai dengan sistem Islam yang terbukti menjerakan dan dapat meminimalkan tindakan kejahatan dan pelanggaran. Kemiskinan secara struktural juga lemahnya iman akibat penerapan Sistem Sekuler Kapitalisme yang menjadi motif tindakan kejahatan berupa pencurian, akan sirna saat negara berubah dan menerapkan Sistem Islam secara kaffah. Dengan ini kesucian Ramadan terjaga, keimanan dan ketakwaan meningkat, Rahmat, ampunan, dan pembebasan dari api neraka dapat diraih. Saat negara menunaikan kewajibannya untuk mentaati aturan Islam kaffah, berbagai tindakan kejahatan akan dapat dicegah dan kehidupan menjadi aman sejahtera.

Wallahu a’lam bish-shawwab



from Suara Inqilabi https://ift.tt/SY0dxrz
April 12, 2024 at 07:18PM

Belum ada Komentar untuk "Ramadhan Bulan Pengampunan, Mengapa Marak Pencurian?"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel